Kepala Perusahaan Muda Daerah Air Minum Unit Rote Barat, Yusuf B. Pah (Foto: Sergius S. Tobuawen).
NEMBERALA | Nemberalanews.com – Kepala Perusahaan Muda Daerah Air Minum Unit Rote Barat, Yusuf B. Pah, terus berupaya keras dalam menghadapi berbagai tantangan untuk memastikan pasokan air bersih bagi masyarakat Sedeoen, Nemberala, dan Oenggaut, yang berada di Kecamatan Rote Barat.
Diketahui bahwa ketiga desa ini dialiri air yang bersumber dari gua di Lualemba, Desa Nemberala, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
Berbagai kendala dihadapi dalam menyediakan pasokan air bagi masyarakat di ketiga desa tersebut.
“Tantangan yang dihadapi adalah masalah pipa bocor, penggunaan listrik ke pompa air di lubang goa, dan pipa yang keropos menjadi kendala,” ujar Yusuf B. Pah.
Ia menambahkan bahwa usia pipa yang sudah melewati masa kadaluarsa menjadi penyebab utama kerusakan, tanpa adanya unsur kesengajaan dari pelanggan.
“Karena banyak yang sudah keropos, jadi memang kotong (kami red) juga kewalahan. Kadang-kadang kalau kotong di sini, begitu potong pipa yang bocor itu muncul lagi di sisi lain, kerja ini di sebelahnya bocor lagi ya,” kata Yusuf, saat ditemui Nemberalanews.com, pada Selasa, (4/11/2025) di sela-sela pekerjaan perbaikan di Lualemba.
Selain itu, ia juga menyampaikan kebutuhan pipa sepanjang kurang lebih 2 kilometer dengan jenis HDPE untuk mengganti pipa gip yang sudah keropos dan sering menyebabkan kebocoran.
Yusuf B. Pah berharap direktur PDAM Rote Ndao, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Desa setempat dapat memberikan bantuan anggaran untuk mengatasi masalah pipa yang bocor karena faktor usia.
“Harapan saya ke pemerintah daerah, pusat PMDAM Ba’a untuk ke depan mungkin ada anggaran untuk bisa bantu,” harapnya.
Untuk sementara, terdapat dua unit bak penampungan air dengan kapasitas 300 kubik dan 50 kubik. Bak berkapasitas 50 kubik digunakan untuk melayani kebutuhan air di Desa Nemberala, sedangkan bak 300 kubik digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di Sedeoen, Oefoe, dan Oenggaut.
Terkait dengan keluhan masyarakat yang sering mengalami mati air setiap Sabtu dan Minggu, Yusuf B. Pah menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk hari libur dan upaya pengiritan penggunaan token listrik di mesin pompa.
Menurut Yusuf, biaya belanja pulsa token listrik per bulan saat ini mencapai 15 juta rupiah. Namun, angka ini masih kurang untuk menjaga mesin pompa tetap hidup. Oleh karena itu, Yusuf mengusulkan kepada Kepala direktur PDAM pusat Ba’a untuk mempertimbangkan penambahan dana hingga 20 juta rupiah per bulan, dengan tujuan menjaga agar pompa air tidak mati dan tetap beroperasi.
Diketahui juga bahwa meter listrik yang digunakan memiliki daya 24.000 VA atau 24 kVA, yang digunakan untuk menghidupkan mesin pompa yang ada di Lualemba.
Terkait dengan listrik bertenaga surya, Yusuf mengatakan bahwa pemanfaatan tenaga surya saat ini belum optimal. “Terkait dengan panel tenaga surya yang di sini tidak digunakan. Rencananya penggunaannya mungkin masih menunggu kepala direksinya yang baru,” katanya.
Ia berharap kepala direksi yang baru nanti dirinya dapat mengusulkan kembali pemanfaatan tenaga surya untuk membantu penghematan token listrik.
Namun, Yusuf juga mengakui bahwa kekurangan dari tenaga surya adalah ketidakmampuannya untuk memasok listrik pada waktu malam atau saat cuaca berawan.
Selain itu, generator yang ada saat ini tidak berfungsi karena setelah menggunakan listrik PLN, generator tidak pernah dipakai lagi dan memerlukan aki baru serta perbaikan mesin secara menyeluruh. Untuk mengantisipasi listrik padam, Yusuf B. Pah mengatakan bahwa pihaknya menunggu sampai listrik menyala kembali baru pompa bisa beroperasi lagi. (*)

penyediaan air bersih menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, karena itu seharusnya masyarakat tetap dapat mendapat pasokan setiap hari