
Wakil Ketua IKMAR Oenale Delha Salmun Ndun atau Mun Rote (Foto Istimewa).
BO’A | Nemberalanews.com – Wakil Ketua Ikatan Persaudaraan Anak Rantau (IKPAR) Bali, Salmun Ndun (41), atau akrab disapa Mun Rote, menyuarakan aspirasi terkait akses jalan menuju pantai Bo’a – Oemau. Pantai ini memiliki daya tarik ombak yang sangat diminati wisatawan, namun akses jalan sepanjang 200 meter dari gerbang PT. Bo’a Development menuju pantai menjadi kendala utama.
Menurut Mun Rote yang juga berasal dari Desa Bo’a, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, solusi untuk masalah ini adalah pemerintah daerah dapat meningkatkan status jalan desa di sebelah barat menjadi jalan kabupaten, seperti yang ada di samping lapangan.
“Jalan ini kemudian ditarik lurus sepanjang pantai hingga ke timur gunung, serta membuka kembali jalan di sebelah timur gunung hingga ke jalan umum,” ungkapnya saat dikonfirmasi Nemberalanews.com, Minggu (14/9/2025).
Ia juga menambahkan bahwa dirinya yang merupakan putra asli Bo’a dan sementara berdomisili di Pulau Dewata-Bali, menyoroti perhatian Pemerintah Kabupaten Rote Ndao.
“Saya sebagai perwakilan masyarakat Rote di Bali, meminta agar Bapak Bupati Paulus Henuk, SH., memperhatikan masalah ini dengan serius. Jalan 200 meter itu sangat penting, karena ombak di Bo’a – Oemau sudah dikenal luas oleh wisatawan mancanegara,” ujarnya.
Mun Rote juga menyoroti kelalaian Pemerintah Daerah Rote Ndao yang dianggap sebagai penyebab utama masalah penutupan jalan 200 meter. Ia juga mengkritik investor yang dinilai tidak menghargai nilai-nilai sosial, adat, dan budaya masyarakat setempat.
“Saya benci investor yang datang hanya untuk mengeruk keuntungan, tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat dan adat istiadat. Dalam membangun, nilai-nilai sosial budaya harus diutamakan. Jangan seenaknya merasa punya uang lalu bisa melakukan apa saja,” tegasnya.
Ia juga menyinggung dugaan tekanan investor terhadap Bupati, yang membuatnya sulit mengambil keputusan yang berpihak pada rakyat dan pengguna umum pantai. Ia berharap, dengan adanya desakan dari masyarakat, Bupati dapat lebih berani mengambil keputusan yang adil.
“Kami berharap Bapak Bupati Rote Ndao Paulus Henuk, SH., bisa segera mengambil tindakan yang berpihak pada masyarakat. Jangan sampai masalah seperti ini terus berlanjut. Kami ingin Bo’a menjadi daerah yang maju dan sejahtera, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan budaya,” pungkasnya.
Sebagai diaspora Rote Ndao di Bali, Mun Rote merasa terpanggil untuk menyuarakan aspirasi ini, karena ia melihat potensi besar yang dimiliki desa Bo’a. Ia berharap, dengan adanya perhatian dari pemerintah dan investor yang beradab, Bo’a bisa menjadi destinasi wisata yang mendunia.
Sebagai warga asli Bo’a sangat prihatin dengan penutupan akses menuju pantai wisata dan ombak bo’a, seharusnya Pemerintah lebih buka dalam melihat pokok persoalan dan memberikan solusi untuk menyelesaikan persoalan.